Thursday, March 13, 2014

Piknik Murah di Coban Baung & Kebun Raya Purwodadi

Saya itu bukan tipe orang yang menghabiskan liburan di rumah. Kaki rasanya nggak betah kalau berdiam diri seharian di rumah, pasti ada aja kegiatan kalau libur yaaah kalau nggak ada pasti diada-adain hahaha. Hari sabtu dan minggu pasti dimanfaatkan buat jalan-jalan, nah kali ini pengennya cari tempat yang dekat dan BUKAN MALL :P. Ya udah akhirnya browsing sana-sini eh lha kok baru inget kalau pernah baca postingan teman saya, Dira tentang air terjun Coban Baung  di sini yang letaknya di Pasuruan. Nah itu nggak jauh lah ya dari rumah, sekitar 30 menit. Nggak pake banyak diskusi langsung berangkat deh ke sana. Berangkat dari rumah jam 07.00 biar sekalian olahraga pagi :)) Air terjun Coban Baung letaknya ada di belakang Kebun Raya Purwodadi, jalannya juga nggak begitu susah. Tiket masuk ke sana  Rp. 2.000/orang dan biaya karcis parkir mobil Rp.1.500. Masuk ke sana pertamanya kita bingung, kok pintunya ditutup?  Ini kita yang kepagian atau memang nggak ada orang yang ke tempat wisata ini? Atau kita nyasar? Hahahaha. Tapi nggak begitu lama ada bapak tua yang jaga loket datang dan memang benar kita adalah pengunjung pertama hari itu. Setelah tanya jalan menuju air terjun Coban Baung bapak penjaga loket menunjukkan arah kalau mau ke air terjunnya harus turun lewat tangga yang jumlahnya kurang lebih 200 anak tangga. Ya bolehlah kalau kurang kerjaan turun tangga sambil berhitung, mengasah otak :))

Jalan menuju air terjun Coban Baung
Tangganya licin dan tinggi jadi harus hati-hati kalau nggak ya wassalam jatuh ke jurang. Sekitar 20 menit sampai juga di lokasi air terjun Coban Baung, bener-bener sepi banget cuma ada kita berlima. Meskipun cuma 20 menit tapi bajunya penuh dengan keringat, olahraga pagi beneran deh. Ada kali ya 500 kalori terbuang hahahaha sok tau bangeeeet! Sampai di sana pertama kali ya main air terus dilanjut foto-foto terus main air terus foto-foto lagi, udah gitu terus sampai bosen :)) . 

Air terjun Coban Baung



Nah waktu balik ke atas yaaah lumayan 1000 kalori terbuang *sok tau lagi* . Tangganya yang tinggi lumayan bikin ngos-ngosan dan kaki langsung lemas. Tapi ya nggak apa-apa deh hitung-hitung latihan buat naik ke Gunung Rinjani, tolong ini diamini ya sodara-sodara. AMIIIN.

Setelah puas di Coban Baung kita mampir ke Kebun Raya Purwodadi. Terakhir kali ke tempat ini waktu masih SMP yang berarti 5 tahun yang lalu hahahahaha bohong kok tapi 3 tahun yang lalu *tetep ya* Pokoknya waktu terakhir ke sana nggak ada kesan sama sekali, ya gimana mau berkesan ke sana juga karena tugas sekolah.  Tugasnya disuruh cari nama-nama tanaman yag ada di sana terus digambar, yaelaaah bukannya tanaman yang dilihat malah orang pacaran yang banyak. Kesempatan juga buat teman-teman waktu itu, biasalah anak SMP baru nemu tempat sepi terus jauh dari pengawasan guru langsung main nyosor  hahaha :)) Kali ini nggak berharap lebih sih, paling juga tempatnya kayak dulu yang nggak begitu terawat. Tapi ternyata salah, waktu kita datang ke sana tempatnya jadi lebih tertata dan jalannya juga diperbaiki lebih bagus daripada dulu. Tiket masuknya Rp. 6.000/orang.




Akhirnya kita gelar tikar buat makan siang dan duduk-duduk santai sambil lihat pemandangan dan rombongan anak TK hahahaha :D Kalau mau menjelajahi  Kebun Raya Purwodadi ada banyak cara, bisa pakai motor/mobil, jalan kaki, atau naik sepeda. Di sana juga ada persewaan sepeda tapi sayang kita terlalu capek buat berkeliling. Jadi cukup menikmati piknik DPR (Di bawah Pohon Rindang).

"Jodoh mana jodoh?"

Gentong, Generasi Tongsis.

Ala model di catwalk :))

Kalau mau menghabiskan weekend itu nggak harus di Mall kok, masih banyak tempat wisata alam yang dikunjungi. Jalan-jalan  kali ini nggak cuma bisa piknik murah tapi bonusnya bisa olahraga pagi yang membuang banyak kalori ;)

Monday, March 3, 2014

Dieng, Negeri di Atas Awan

Sebenarnya ini perjalanan tahun lalu tapi baru sempat diposting sekarang. Alasannya sibuk kerja dan lain sebagainya, tapi gara-gara baca postingan teman saya, Arif dan Nadhira akhirnya hasrat untuk menulis lagi menggebu-gebu.

“ Dan, perjalanan hanya akan menjadi perjalanan, saat tak ada yang sudi menceritakan kisah yang menyertainya.
 Maka, temuilah, lewati batas, tuntaskan jarak.
Ceritakan- setidaknya kepada diri sendiri, tentang jawaban yang kita temui ”
-The Journeys 3-

Pertama kali menginjakkan kaki di Dataran Tinggi Dieng saya sudah jatuh cinta dengan tempat ini, di awal perjalanan memasuki daerah Dieng saja mata saya sudah dimanjakan pemandangan yang indah sekali. Perjalanan kali ini saya bersama adik saya berawal dari rasa penasaran saya dengan anak rambut gimbal dan ritual pemotongan rambut gimbal. Tapi ternyata acara tersebut digelar sekitar bulan Juli, saat itu kita ke sana bulan September. Ya sudah kita berdua tetap berangkat tanpa ekspektasi apa-apa. Perjalanan dimulai dari Surabaya naik bis jam 10 malam, awalnya sih mau naik Bus Eka jurusan Semarang tapi apa mau dikata bus nya penuh sesak dan  tubuh saya yang bohay ini didorong orang  sampai terjatuh :( .  Akhirnya putar haluan kita naik Bus Mira jurusan Yogyakarta. Sampai di Yogyakarta pukul 5 pagi dan setelah tanya ke petugas terminal ternyata sudah ada bus yang ke arah Magelang.  Kita langsung berangkat naik bus dan untuk pertama kalinya saya naik bus sama dengan naik roller coaster. Kernet  sama supirnya sih suruh kita rileks aja, aduh paaak ini bawa manusia lho bukan sayuran!

Setelah perjalanan yang cukup buat adrenaline memuncak,akhirnya  kita sampai di Magelang. Perjalanan Magelang-Wonosobo menggunakan micro bis.. Entahlah, sepertinya supir bis  dan supir micro bis sodaraan kali yee, nyetirnya sama-sama bikin jantungan! Tapi perjalanan yang melelahkan dan mendebarkan itu terbayar sama pemandangan menuju ke Dieng. Yang tadinya mumet, seketika itu otak langsung fresh. Sebenarnya untuk menuju Wonosobo-Dieng bisa dilanjut naik micro bis lagi, tapi berhubung kita kurang update info dan sudah capek banget, begitu ditawari ojek kita langsung setuju dengan proses tawar-menawar dahulu. Perorang kena 100rb itu sudah sampai penginapan dan keliling kawasan Dieng seperti Telaga Warna, Kawah Sikidang, dan Komplek Candi Arjuna.


Pemandangan dari Gardu Pandang



Sampai di Dieng kita langsung menuju penginapan untuk taruh barang-barang dan bersih-bersih diri dulu. Setelah itu kita langsung berangkat ke tempat pertama yaitu Telaga Warna. Air di telaga warna terlihat ada gradasi warna biru. Di dalam Telaga Warna ada Telaga Pangilon yang artinya cermin tapi sayangnya waktu ke sana agak mendung, jadi nggak begitu terlihat pantulannya. 

Telaga Warna




Telaga Pengilon dan mbak-mbak yang sedang galau :))

Setelah dari telaga Warna dan Pengilon, kita langsung menuju ke kawah Sikidang. Kidang dalam bahasa Jawa artinya rusa. Menurut cerita, dinamakan Kawah Sikidang karena dulunya ada seorang raja yang bernama Kidang yang punya tanduk rusa (kidang) ingin meminang ratu Shinta Dewi. Tapi karena si Ratu ini gak suka, ditolak deh si Raja ini. Caranya waktu Raja buat sumur, si Ratu menguburnya di dalam sumur *penolakannya serem yaaa*. Akhirnya si Raja marah sampai keluar uap dan air panas dari dalam tanah. Maka, jadilah kawah Sikidang yang sekarang ini. Untuk masuk ke Kawah Sikidang disarankan untuk memakai masker karena bau belerangnya menyengat.  

Kawah Sikidang

 
Menyempatkan untuk berselfie sukaesih dulu :D
Setelah itu kita lanjut tujuan akhir untuk hari pertama di Dieng yaitu komplek candi Arjuna. Di komplek candi Arjuna juga ada museum buat melihat sejarah Dieng dan juga bisa menonton film sejarah Dieng. Di komplek candi ini kita bener-bener menikmati sore yang nggak kayak biasanya, duduk-duduk di rumput sambil lihat awan dan dapat bonus pemandangan yang keren.  Kita baru sadar hawanya semakin dingin, setelah lihat jam ternyata hampir menjelang magrib kita di komplek candi Arjuna. Yaa gini kalau udah duduk-duduk santai selalu suka lupa waktu hahaha.




Besok subuhnya kita langsung menuju bukit Sikunir buat lihat sunrise. Ke sana kita naik ojek yang setelah proses tawar menawar akhirnya dapet Rp. 150.000 buat 2 ojek. Ya udah sih langsung oke daripada jalan yang jaraknya 7km dari penginapan -__- . Udara subuh di Dieng itu bener-bener menusuk sampai ke tulang-tulang saking dingin BANGET! Si Diva agak norak sih soalnya dia baru pertama kali mengeluarkan  asap dari mulutnya karena udara yang dingin banget hahaha :)) Kalau kata mas ojeknya sih ini belum seberapa, kalau bulan Juli-Agustus biasanya airnya jadi es karena suhunya bisa sampai -1o. Aduh maaak, nggak kebayang dinginnya kayak gimana -___-

Untuk masuk ke bukit Sikunir kita melewati Desa Sembungan, desa tertinggi di Jawa. Karena masih gelap, jalan ke bukit Sikunir yang jarak tempuhnya ±1km dari parkir motor kita harus pake senter. Karena kondisi jalannya yang agak licin, ada 5x mungkin kepleset. Sebaiknya kalau mau naik bukit, pakai sepatu yang nggak licin dan hari-hari sebelumnya olahraga biar nggak ngos-ngosan pas jalan menanjak *note to myself*
Perjalanan yang lumayan buat ngos-ngosan bagi saya akhirnya terbayar dengan sunrise yang cantik di Bukit Sikunir :’) Nggak ada yang mudah untuk mendapatkan sesuatu yang berharga.

Sunrise di Bukit Sikunir

 


Di kawasan bukit Sikunir juga ada danau Kecebong, kenapa dinamakan Kecebong? Karena kalau dilihat dari atas bentuk danaunya mirip kecebong. Di sini juga banyak pohon Carica, buahnya yang bentuknya mirip sama pepaya tapi dalam versi mini. Biasanya dibuat manisan Carica, enak kok bisa buat oleh-oleh juga. Di sepanjang jalan balik ke penginapan pemandangannya nggak kalah keren, cocok banget buat syuting video klip *halah* . 



Karena waktu nya yang sedikit dan  pulangnya pilih naik kereta api malam jurusan ke Malang akhirnya kita pilih balik ke Yogyakarta jam 10 pagi, takut kena macet di jalan. Jadi ya nggak sempat untuk menjelajahi Dieng semuanya. 

Next time, harus bisa menjelajahi Dieng sepuasnya!  ;)